Selasa, 19 April 2016

Ibu – Ibu Lebay

                                     http://www.textgiraffe.com/Ilma/Page2/

Sekarang, Ilma berusia 8 bulan lebih dua minggu, berat badan 10 kg lebih 5 ons. Kedua pipinya tambah tembem, membuat saya terus menciumnya. Ia pun berkata, “Babababa, Mama”.

Saya tak bisa berada jauh dengannya. Hal ini menjadi alasan saya berhenti kerja yang memakan waktu dari pagi hingga sore hari. Sebulan lalu, saya berangkat kerja tiap Pkl. 06.30 dan kembali ke rumah Pkl. 17.30. Jarak dari rumah ke kantor begitu jauh. Adakalanya, mata saya basah saat membayangkan Ilma ketika berangkat pagi di travel.

Saya berdoa semoga bisa menjadi sabar dan kuat. Namun, saya tak mampu. Puncaknya adalah ketika mengetahui bahwa salah satu saudara telah memberikan makanan yang belum pantas dimakannya. Padahal, saya selalu mewanti-wanti pengasuh untuk menjaga makanannya. Tetap saja kecolongan. Ini karena saya tak bisa tiap hari mengontrol, menjaga dan merawat Ilma. Saya makin merasa bersalah.

Walaupun teman saya, Mas Kelik berkata, “Kamu kan kerja demi masa depan anakmu, toh. Jadi, jangan merasa bersalah”. Ini bisa menjadi alasan juga kenapa saya harus tetap bekerja. Disamping mengembangkan pengetahuan yang saya miliki dan membantu suami meningkatkan  perekonomian keluarga. Tapi, hati kecil saya tidak merasa tenang. Tiap kali berpamitan berangkat kerja, raut muka Ilma datar, seolah-olah ia berkata, “Mama, apa yang kau cari di sana? Aku hanya ingin disusui, disuapi, dipeluk dan digendong olehmu”.

Benar kata salah satu narasumber penelitian saya, Bu Leni, bahwa masa kecil anak hanya seumur hidup sekali, tak akan tergantikan di waktu lain. Sama seperti saat menyusui Ilma. Walaupun kedua puting payudara luka hingga berdarah, Ilma harus tetap menerima ASI. Karena tujuan hidup seorang ibu bukan lagi untuk kepentingan dirinya sendiri, namun untuk kehidupan anaknya.

Maka, tiap kali berangkat kerja, saya membawa cooler bag, tas yang berisi alat memerah ASI. Ya, kadang pula tak mencukupi kebutuhan ASI Ilma sehingga dibantu susu formula. Walaupun saya dapat memenuhi kebutuhan ASI Ilma, saya tetap khawatir kondisinya di rumah. Mungkin, orang lain akan bilang saya sebagai, “ibu-ibu lebay”. Di saat kerja, hati saya selalu ada di rumah. Jadinya, perasaan tidak tenang tiap bekerja. Bagaimana saya ingin menceritakan tentang dunia Totochan, Pangeran Kecil dan dunia dongeng lainnya kalau saya tak berada di rumah.

Semoga, saya dapat mendapatkan pekerjaan lagi yang tidak menuntut untuk pergi setiap hari. Saya tetap bisa mengurus keluarga dan memiliki waktu untuk membaca dan menulis. Bukankah kehidupan itu satu kali saja? Kenapa tidak dinikmati. Maka, Ilma akan bilang, “Wawawawa, Mama”.

                                                                   Manglayang, 14 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar