Senin, 02 Mei 2016

Bercermin dari Perpustakaan Batu Api

Jatinangor merupakan tempat yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan saya. Bagaimana tidak. Sejak masa sekolah, tiap hari saya melewati Jalan Jatinangor. Dilanjutkan masa kuliah di Jatinangor. Dan sempat bekerja pula di tempat ini.

Tak hanya itu, Jatinangor ialah tempat pertama dalam menumbuhkan minat baca saya, yakni di sebuah perpustakaan, bernama Perpustakaan Batu Api. Saya masih ingat ketika awal datang ke Batu Api. Saat memasuki ruang perpustakaan, seorang lelaki tengah duduk di meja pelayanan.

                                             Dokumentasi Pribadi

Saya menanyakan, “Pak, kalau disini bukunya bertema apa aja”?.
Beliau berkata, “Bervariasi. Kamu suka baca tentang apa”?.
“Saya suka sejarah”, saya jawab.
Diambilnya satu buku yang berada di salah satu rak. Buku yang agak tebal tersebut disodorkannya berjudul “Bumi Manusia”. Dari buku inilah awal perkenalan saya dengan Pramoedya Ananta Toer.
“Dia sering disapa Pram. Penuturan sejarah lewat sastra”, jelasnya.
“Saya pernah mendengar namanya di buku paket sejarah selama SMA, karyanya berjudul “Arus Balik”, ungkap saya.
“Itu juga salah satu karyanya. Kadang dia disebut penulis yang kekiri-kirian. Ya, karena bukunya berada di rak sebelah kiri saya. Hehehe”, tambahnya.

Mungkin, saya bukan satu-satunya pengunjung yang diberikan rekomendasi. Tiap anggota perpustakaan yang meminta rujukan koleksi akan diberikan secara senang hati oleh beliau, yang kerap disapa Bang Anton. Dan ini telah menjadi daya tarik Perpustakaan Batu Api yang tetap dikenal oleh anggota perpustakaan.

Adanya rekomendasi yang diberikan Bang Anton, selaku pemilik Perpustakaan Batu Api, menjadikannya disebut sebagai book advisor oleh Amalia, seorang anggota perpustakaan. Pemilik perpustakaan memberikan rekomendasi mengenai koleksi perpustakaan kepada anggota perpustakaan. Rekomendasi diberikan untuk membantu anggota perpustakaan dalam mencari koleksi secara cepat dan tepat melalui penyampaian informasi yang jelas.

Saya pernah heran bagaimana caranya Bang Anton dapat menguasai semua koleksi perpustakaan sebagai panduan dalam memberikan rekomendasi. Bang Anton memberikan penjelasan,
“Eh, selama bertahun-tahun itu, sebetulnya semakin mudah. Datanya makin banyak, buku-bukunya makin banyak, buku dengan tema yang dimaksud makin banyak, bisa makin mudah untuk ngasih tau ke orang. Meskipun terbatas karna orang makin banyak dateng. Caranya, ya, akhirnya mereka tau dari mulut ke mulut klo bahan itu sulit didapat dan ga ada di tempat lain, itu doang. Si polanya udah ketemu” (24/11/2015).  
Menurutnya, buku dengan tema yang beragam makin bertambah dan berkembang sehingga memudahkan untuk memberitahukan kepada anggota perpustakaan. Selain itu, anggota perpustakaan yang telah menemukan buku yang sedang dicari akan memberitahukan keberadaan buku tersebut dari mulut ke mulut. Sehingga Bang Anton akan kembali ditanyai mengenai buku-buku yang sebelumnya ditanyakan oleh anggota perpustakaan. Jadi, polanya ialah Bang Anton selalu mengingat buku mengenai tema-tema tertentu.

Bang Anton memiliki daya ingat dan analisis yang tajam diperolehnya dari beberapa kebiasaan yang telah menjadi rutinitasnya, diantaranya membaca, menulis, mendengarkan musik, menonton film, mendokumentasikan beberapa kajian dan berdiskusi atau lebih tepatnya mengobrol santai. Dan semua kegiatannya ini dimotivasi rasa cintanya dalam dunia literatur. Terbukti perpustakaan yang berdiri sejak 1 April 1999 masih berdiri hingga kini dan melayani anggota perpustakaan setiap harinya.

Kiprah Bang Anton dalam melayani anggota perpustakaan di Perpustakaan Batu Api patut dicontoh oleh kita, para pustakawan atau pengelola perpustakaan di tiap perpustakaan. Adanya kemajuan dalam perlengkapan pelayanan perpustakaan yang serba digital tidak dapat menggeser peranan pustakawan atau pengelola perpustakaan dalam melayani anggota perpustakaan.

Pustakawan atau pengelola perpustakaan harus memiliki pengetahuan mengenai koleksi perpustakaan sebagai bekal berkomunikasi dengan anggota perpustakaan. Diawali “Minat dan rasa ingin tahu” (Anton S.). Minat ialah hasrat ketertarikan. Ingin tahu ialah ingin memahami suatu hal.


Jadi, sebuah perpustakaan dapat berlangsung lama tergantung pada pustakawan atau pengelola perpustakaannya. Saya, sebagai pustakawan patut bercermin diri melihat keseriusan Bang Anton mengelola perpustakaan. Audri, anggota perpustakaan, menggambarkannya dengan dua kata, “Konsisten dan kerja keras”. (3/04/2016).