Jumat, 07 Juni 2013

Cara Tepat Hidup Miskin ala Nenek Osano


Judul                     : Saga no Gabai Bachan = Nenek Hebat dari Saga
Penulis                  : Yoshichi Shimada
Penerjemah           : Indah S. Pratidina
Penerbit                : Kansha Books, 2011

Peristiwa pengeboman Hirosima dan Nagasaki meninggalkan rasa sedih terhadap masyarakat Jepang, misalnya atas kehilangan salah satu anggota keluarga. Yoshichi Shimada, selaku penulis, menceritakan perjuangan kehidupan keluarga sederhana setelah pengeboman. Menariknya, cerita sedih ini disampaikan dengan kata-kata yang ceria dan tawa. Walaupun begitu, saya tetap saja menitikkan air mata setelah membaca akhir tiap bab. Cerita tiap bab bermakna dan kata-katanya mengandung arti yang dalam. 

Tokoh utama cerita ini ialah Akihiro, seorang anak yang telah kehilangan ayahnya setelah Hirosima dibom, berpisah dengan ibunya, lalu tinggal bersama Neneknya, Nenek Osano. Hidup Nenek yang sederhana membuat Akhiro kuat dan menerima semuanya dengan tabah. Hal ini hasil dari cara mendidik Nenek yang mengajarkan sesuatu hal dengan tawa dan ceria, misalnya dalam bab 4: cara tepat hidup miskin, diceritakan wali kelas Akhiro datang ke rumah menanyakan kepada nenek mengenai Akhiro yang selalu  menulis di buku catatan menu sarapan dan makan malamnya  lobster, neneknya tertawa dan mengatakan bukan lobster tapi udang karang, Akhiro akhirnya berkata:
“Ternyata Nenek memang memberiku makan udang karang, meski memberitahuku lobsterlah yang   kami santap. Berhubung karena aku satu kali pun belum pernah makan lobster, kata-kata Nenek aku percaya begitu saja” (Shimada, p. 69, 2011).
Nenek Osano mengajarkan Akhiro untuk menghadapi keterbatasan hidup dengan menerimanya secara sabar, dan berpikir kreatif. Mungkin sikap itulah yang harus kita miliki. Ketika Akhiro mengutarakan keinginanannya mengikuti kegiatan olah raga di sekolah, seperti kendo, dan judo, Nenek langsung menolaknya. Dia berkata, “Baiklah. Kalau begitu, aku punya ide bagus”. “Apa”?, tanya Akhiro. “Mulai besok, kau lari saja,…..tidak perlu peralatan dan tempat berlarinya juga gratis. Lari saja” (Shimada, p. 60, 2011). Teknik mendidik anak yang kreatif. Penolakan ide Akhiro melalui kata “tidak” terganti melalui kata “bagaimana kalau”. Mengutarakan solusi atas pendapat anak, tentunya dapat menghindarkan kita terhadap sifat konsumerisme pada anak.

Manglayang, 6 Mei 2013