Judul : Saga no Gabai Bachan = Nenek Hebat dari Saga
Penulis : Yoshichi Shimada
Penerjemah : Indah S. Pratidina
Penerbit : Kansha Books, 2011
Peristiwa pengeboman Hirosima dan Nagasaki meninggalkan rasa
sedih terhadap masyarakat Jepang, misalnya atas kehilangan salah satu anggota
keluarga. Yoshichi Shimada, selaku penulis, menceritakan perjuangan kehidupan
keluarga sederhana setelah pengeboman. Menariknya, cerita sedih ini disampaikan
dengan kata-kata yang ceria dan tawa. Walaupun begitu, saya tetap saja
menitikkan air mata setelah membaca akhir tiap bab. Cerita tiap bab bermakna
dan kata-katanya mengandung arti yang dalam.
Tokoh utama cerita ini ialah Akihiro, seorang anak yang
telah kehilangan ayahnya setelah Hirosima dibom, berpisah dengan ibunya, lalu
tinggal bersama Neneknya, Nenek Osano. Hidup Nenek yang sederhana membuat
Akhiro kuat dan menerima semuanya dengan tabah. Hal ini hasil dari cara
mendidik Nenek yang mengajarkan sesuatu hal dengan tawa dan ceria, misalnya
dalam bab 4: cara tepat hidup miskin, diceritakan wali kelas Akhiro datang ke
rumah menanyakan kepada nenek mengenai Akhiro yang selalu menulis di buku catatan menu sarapan dan
makan malamnya lobster, neneknya tertawa
dan mengatakan bukan lobster tapi udang karang, Akhiro akhirnya berkata:
“Ternyata Nenek memang memberiku makan udang karang, meski memberitahuku lobsterlah yang kami santap. Berhubung karena aku satu kali pun belum pernah makan lobster, kata-kata Nenek aku percaya begitu saja” (Shimada, p. 69, 2011).
Nenek
Osano mengajarkan Akhiro untuk menghadapi keterbatasan hidup dengan menerimanya
secara sabar, dan berpikir kreatif. Mungkin sikap itulah yang harus kita miliki.
Ketika Akhiro mengutarakan keinginanannya mengikuti kegiatan olah raga di
sekolah, seperti kendo, dan judo, Nenek langsung menolaknya. Dia berkata,
“Baiklah. Kalau begitu, aku punya ide bagus”. “Apa”?, tanya Akhiro. “Mulai
besok, kau lari saja,…..tidak perlu peralatan dan tempat berlarinya juga
gratis. Lari saja” (Shimada, p. 60, 2011). Teknik mendidik anak yang kreatif.
Penolakan ide Akhiro melalui kata “tidak” terganti melalui kata “bagaimana
kalau”. Mengutarakan solusi atas pendapat anak, tentunya dapat menghindarkan
kita terhadap sifat konsumerisme pada anak.
Manglayang, 6 Mei 2013