Jumat, 09 Agustus 2013

CINTA YANG TAK PERLU DITUNGGU

Judul film: Paris-Manhattan
Sutradara: Sophie Lellouche
Pemain: Alice Taglioni, Patrick Bruel, Marine Delterme, Michel  Aumon



Kisah Alice
Telah dua kali saya mengelilingi rak kumpulan DVD ini, tapi belum menemukan film yang sekarang ingin ditonton. Nampaknya Si Maghrib belum melengkapi koleksi terbarunya, karena beberapa film telah ditonton. Saat melihat isi rak yang sejajar dengan mata, kulihat cover seorang wanita memeluk foto Woody  Allen yang bertuliskan “Paris-Manhattan”. Ah,  sudah lama tidak menonton film Perancis, terakhir menonton Les Miserables.

Tak sabar menonton film ini, ronde pertama  saya menontonnya sambil menyetrika baju sepulang kerja. Terasa banyak adegan yang kepotong karena mata lebih dipusatkan ke dalam baju yang sedang disetrika. Akhirnya, setelah makan malam dan Ema tertidur, saya menonton film ini kembali dengan tenang.

Cerita diawali dari kisah Alice sejak remaja yang menyukai karya film dari Woody Allen. Karya film dan akting Woody Allen mampu memikat ketertarikan Alice pada film, hingga alur cerita cinta pada filmnya dijadikan acuan dalam mencari seorang kekasih. Tiap kali dia gagal mendapatkan kekasih, Woody Allen dalam poster langsung memberikan konsultasi gratis terhadapnya. Bagaikan obat-obatan yang Alice berikan di apotek yang dikelolanya. 

“Obat dan Seks berguna untukmu saat ini”, bilang Woody Allen dalam poster kepada Alice.  Dia kesepian karena lelaki yang diharapkannya menikah dengan adiknya, ditambah  ayahnya selalu berusaha menjodohkannya pada tiap lelaki yang ditemuinya, termasuk kepada Victor. Lelaki yang berprofesi sebagai teknisi alarm ini berusaha mendekati Alice melalui film-film Woody Allen, padahal dia tidak menyukainya. Alice menolak pernyataan cinta Victor, karena ketidakjelasan profesi Victor dan pernyataannya yang mengatakan kalau “Cinta di film Woody Allen tidak nyata”.

Profesi teknisi alarm belum bisa memenuhi syarat mapan dalam hidupnya. Dia melihat adiknya harus bekerja keras untuk menambah perekonomian keluarganya. Mungkin alas an inilah yang membuat dia urung untuk menikah, ditambah kisah cinta Woody Allen tampak sempurna untuknya; menunggu kekasih yang tepat (ganteng dan mapan). Lelaki yang bagaikan cerita di film telah ditemuinya, namun dia telah berkeluarga. Alice harus memilih antara lelaki yang merupakan perwujudan film woody atau lelaki yang menolak film Woody. Pada akhirnya, Woody Allen ketika bertemu dengan Alice berkata, “dia lelaki yang baik dan mencintaimu”.

Paris-Manhattan
Memang, Kota Paris diidentikkan kota asmara; penuh cinta, kota yang memudahkan kita untuk menemukan cinta seorang kekasih. Tapi, lain dengan Alice. Dia merasa belum menemukan orang yang mencintainya seperti dia mencintai Woody Allen. Makanya, dia mencari lelaki yang sesosok woody Allen. 

Sejujurnya, saya belum menonton film karya Woody Allen satu pun. Walau Film Midnight in Paris hamper ditonton. Saya menceritakan kisah Alice berdasarkan isi film ini saja. Tapi, belum menemukan kunci kenapa Alice begitu mencintai Woody Allen? Apakah karena kegantengan di masa mudanya? Atau memang ketertarikan isi cerita film-filmnya?

Dulu, tiap hendak menonton film saya lihat dulu cover filmnya, apakah pemain lelakinya ganteng, baru membaca resensi filmnya. Sejak, saya bertapa dan berguru sama Teh Mona dan Kang Hikmat di Toko Buku Nalar, saya mulai membiasakan membaca resensi filmnya. Nah, ketika saya memegang DVD Midnight in Paris, dan melihat pemain lelakinya agak berumur, DVDnya saya simpan kembali di rak, tanpa membaca resensinya sedikit pun.

Menyesalnya sekarang. Referensi film yang pernah ditonton sedikit. Padahal, kegiatan menonton film saya lakukan sejak masa kuliah. Saya baru bisa mengartikan judul filmnya saja, Paris-Manhattan, Kisah cinta Alice di Paris yang terikat oleh Woody Allen di Manhattan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar